Sebagian besar orang menganggap
bermain musik dapat menghilangkan stres. Begitu pula dengan orang-orang yang
tergabung dalam Komunitas Biola Lampung. Suasana lapangan rektorat Universitas
Lampung begitu ramai ketika Radar Lampung berkunjung ke sana pekan lalu.
Wajar
saja, sebab lapangan tersebut memang sering dijadikan tempat berkumpul pelajar
maupun mahasiswa untuk berdiskusi dan melakukan aktivitas lainnya.
Saat wartawan koran ini mengelilingi lapangan
tersebut, sayup-sayup terdengar suara biola. Radar lantas mencari sumber suara.
Dan ternyata di salah satu sudut lapangan itu terlihat beberapa laki-laki dan
perempuan tengah menggesek biola.
Komunitas Biola Lampung |
Saat dihampiri, seketika mereka yang berjumlah
lima orang itu menghentikan gesekan biolanya. Dan setelah Radar memperkenalkan
diri, mereka mempersilakan duduk.
Kelima orang itu adalah Aji Wijaya, mahasiswa IBI
Darmajaya; Maya Gita, siswa SMKN 4 kelas X; Qodri Febriansyah, mahasiswa Unila;
Putrisa Anggun, mahasiswa Poltekes; dan Yelfia Andriani, mahasiswa Unila.
Mereka semua tergabung dalam komunitas bernama
Komunitas Biola Lampung. Biasanya mereka berlatih di Unila setiap Minggu. Kali
ini, mereka berlatih untuk mengisi salah satu even di Bandarlampung.
Komunitas tersebut memang tergolong baru, jumlah
anggotanya bahkan tak mencapai 30 orang. Menurut Putrisa, komunitas ini
terbentuk atas dasar kesukaan dan hobi yang sama.
”Untuk gabung di komunitas ini juga tak harus
memiliki biola. Makanya anggota komunitas kami mulai dari pelajar SMP hingga
dewasa. Pastinya syarat untuk jadi anggota cukup tertarik bermain biola, untuk
fasih dari ketekunan dan kegigihan individu yang memotivasinya,” katanya.
Dia melanjutkan, komunitas mereka didirikan oleh
5 orang. Yakni Teguh, Kevin, Vega, Ilham, dan Teo. Kelimanya memang hobi
bermain biola kemudian berkumpul membentuk komunitas biola.
Ketua komunitas kami adalah Kevin dan pembinanya
Siti Syariah Salik yang mengajar musik di SMAN 7 Bandarlampung. ”Seiring waktu,
publik sudah banyak mengenal komunitas ini, sehingga tak jarang kami tampil
untuk mengisi acara-acara, biasanya kami tampil berkelompok,” ungkapnya.
Pada kesempatan itu, Putrisa juga sempat
menjelaskan tentang biola. Menurutnya, biola memiliki empat senar (G-D-A-E)
yang disetel berbeda satu sama lain dengan interval sempurna kelima. Nada yang
paling rendah adalah G.
’’Memainkannya seperti mewakili perasaan, baik
sedih ataupun senang. Itu bisa ketahuan dari gesekan bow ke senar violin,”
bebernya.
Aji Wijaya menambahkan, bermain biola juga bisa
menambah wawasan dan mengasah bakat. Menurutnya. dalam berlatih biasanya pemain
mengandalkan partitur nada-nada yang ada, tapi tak jarang juga mencari di
internet.
”Di sini kami bersama-sama belajar dan
mengaransemen lagu-lagu. Di sini juga siapa saja boleh ikut, tak punya biola
bisa bergabung, lambat laun pasti akan terbeli juga kok biolanya,” ungkapnya.
Source: Radar Lampung
0 komentar:
Posting Komentar